BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi di bidang
kesehatan yang ada pada saat ini memberi kemudahan bagi para praktisi kesehatan
untuk mendiagnosa penyakit serta menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah
satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan alat MRI (Magnetic Resonance
Imaging) untuk melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien.
MRI (Magnetic Resonance
Imaging) merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan
mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang
frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.
selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh bergerak
dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh
antena dan dikirimkan ke komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar
monitor menjadi sebuah gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian
dalam.
MRI menciptakan gambar yang dapat
menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai anatomi
jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak,.sumsum tulang belakang, susunan
saraf dibandingkan dengan pemeriksaan x-ray biasa maupun CT scan Juga jaringan
lunak dalam susunan musculoskeletal seperti otot, ligament , tendon , tulang
rawan , ruang sendi seperti misalnya pada cedera lutut maupun cedera sendi
bahu. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi
dan kelainan dalam rongga dada, payudara, organ organ dalam perut, payudara,
pembuluh darah, dan jantung. Dan oleh sebab itu disini penulis membuat makalah
yang berjudul “magnetic resonance imaging” agar bisa mengetahui lebih jelas
lagi tentang MRI da cara kerjanya.
Dalam pembuatan makalah ini masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari MRI ?
2. Bagaimana cara kerja MRI ?
3. Bagaimana kelebihan MRI ?
4. Apa Macam-macam MRI ?
5. Bagaimana Perkembangan MRI?
6. Bagaimana prisip dasar dari MRI?
7. Apa sajakah Instrumen dariMRI?
8. Bagaimanakah aplikasi klinik pemeriksaan MRI?
9. Bagaimanakah Penatalaksanaan pasien dan tehnik pemeriksaan dari MRI?
10. Bagaimana artefak dari MRI dan cara mengatasinya?
11. Tindakan apakah yang perlu dilakukan bila terjadi kecelakaan saat pemeriksaan diagnostik MRI?
1.3 Tujuan makalah
1.3.1 Tujuan umum
Bertolak pada rumusan masalah di atas maka tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik MRI.
1.3.2 Tujuan khusus
Bertolak pada rumusan masalah di atas maka tujuan khusus dari makalah ini untuk mengetahui:
1. Pengertian dari MRI.
2. Cara kerja MRI.
3. Kelebihan MRI.
4. Macam – macam MRI.
5. Perkembangan MRI.
6. Prinsip dasar dari MRI
7. Instrumen MRI
8. Aplikasi klinik pemeriksaan MRI
9. Penatalaksanaan pasien dan tehnik pemeriksaan
10. Artefak dari MRI dan cara mengatasinya.
11. Tindakan yang perlu dilakukan saat ada kecelakaan pada pemeriksaan diagnostik MRI
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian dari MRI.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat
diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan
medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi,
penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar
potongan penampang tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet
berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi
getaran terhadap inti atom hidrogen. Merupakan metode rutin yang dipakai dalam
diagnosis medis karena hasilnya yang sangat akurat.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik
penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom
hidrogen. Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang
dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan
membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak
memanipulasi tubuh pasien Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran
detil tubuh manusia akan tampak jelas , sehingga anatomi dan patologi jaringan
tubuh dapat dievaluasi secara teliti. Untuk itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan
dengan prosedur tehnik MRI dan tindakan penyelamatan bila terjadi keadaan
darurat.
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama
kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak
memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuiai untuk diagnostik
jaringan lunak. Teknik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang
dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan para-meter tersebut
tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia
dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh
dapat dievaluasi secara teliti.
1.2. Cara kerja MRI.
Alat MRI berupa suatu
tabung berbentuk bulat dari magnet yang besar. Penderita berbaring di tempat
tidur yang dapat digerakkan ke dalam (medan) magnet. Magnet akan menciptakan
medan magnetik yang kuat lewat penggabungan proton-proton atom hidrogen dan
dipaparkan pada gelombang radio. Ini akan menggerakkan proton-proton dalam
tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima akan diproses oleh komputer guna
menghasilkan gambaran struktur tubuh yang diperiksa.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal
sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan
dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya,
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya,
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya,
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya,
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
1.3. Kelebihan MRI.
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan
CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang sertamuskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang sertamuskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
1.4. Macam – macam MRI.
Macam – macam MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Macam – macam MRI bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Macam – macam MRI bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI
yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik
Fast Scan yaitu suatu teknik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat
dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang
bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar
membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.
1.5. Perkembangan MRI.
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori,
bahwa inti atom bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning
dan precessing. Dari hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) Spectrometer, yang penggunaannya terbatas pada
kimia saja.
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi.
1.6. Prinsip dasar dari MRISetelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya NMR diletakkan, maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIO-LOGI (1984), NMR dirubah menjadi Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan di bagian Radiologi.
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
1.7. Instrumen MRI
Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari:
a. Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari pesawat MRI tersebut
b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu:
1.Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
2. Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
3. Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial. Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik.
c. Sistem frequensi radio berfungsi mem-bangkitkan dan memberikan radio frequensi serta mendeteksi sinyal
d. Sistem komputer berfung-si untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengon-trol semua komponen alat MRI dan menyim-pan memori beberapa citra
e. Sistem penceta-kan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film rongent atau untuk menyimpan citra.
2.8. Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I
Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh akial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga dalam , rongga mata, sinus
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.
2.9. Penatalaksanaan pasien dan tehnik pemeriksaan
Pada pemeriksaan
MRI perlu diperhatikan bahwa alat-alat seperti tabung oksigen, alat
resusistasi, kursi roda, dll yang bersifat fero-magnetik tidak boleh dibawa ke
ruang MRI. Untuk keselamatan, pasien diharuskan mema-kai baju pemeriksaan dan
menanggalkan benda-benda feromagnetik, seperti : jam tangan, kunci, perhiasan
jepit rambut, gigi palsu dan lainnya.
Screening dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD, sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain.
Transfer pasien menuju ruangan MRI,
khususnya pasien yang tidak dapat berjalan (non ambulatory) lebih kompleks
dibandingkan peme-riksaan imaging lainnya. Hal ini karena medan magnet pesawat
MRI selalu dalam keadaan “on” sehingga setiap saat dapat terjadi resiko
kece-lakaan, dimana benda-benda feromagnetik dapat tertarik dan kemungkinan
mengenai pasien atau personil lainnya. Salah satu upaya untuk meng-atasi hal
tersebut, meja pemeriksaan MRI dibuat mobile, dengan tujuan : pasien dapat
dipindahkan ke meja MRI di luar ruang pemeriksaan dan da-pat segera dibawa ke
luar ruangan MRI bila terjadi hal-hal emergensi. Selain itu meja cadangan
pemeriksaan perlu disediakan, agar dapat mempercepat penanganan pasien
berikutnya se-belum pemeriksaan pasien sebelumnya selesai. Upaya untuk
kenyamanan pasien diberikan, anta-ra lain dengan penggunaan Earplugs bagi pasien
untuk mengurangi kebisingan, penggunaan penyangga lutut / tungkai , pemberian
selimut bagi pasien, pemberian tutup kepala.Screening dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD, sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain.
Untuk persiapan pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakukan beberapa hal berikut. 5 Persiapan console yaitu memprogram identitas pasien se-perti nama, usia dan lain-lain, mengatur posisi tidur pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa. Memilih jenis koil yang akan diguna-kan untuk pemeriksaan, misalnya untuk pemerik-saan kepala digunakan Head coil, untuk peme-riksaan tangan, kaki dan tulang belakang digu-nakan Surface coil. Memilih parameter yang te-pat, misalnya untuk citra anatomi dipilih para-meter yang Repetition Time dan Echo Time pendek, sehingga pencitraan jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan berwarna hitam. Untuk citra pathologis dipilih parameter yang Repetition Time dan Echo Time panjang, sehingga misalnya untuk gambaran cairan serebro spinalis dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna putih. Untuk kontras citra antara, dipilih parameter yang time repetition panjang dan time echo pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak berwarna abu-abu.
Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center magnet (land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada hidung.
Untuk menentukan bagian tubuh dibuat Scan Scout (panduan pengamatan), dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format gambaran tertentu. Ini merupakan gambaran 3 dimensi dari sejumlah sinar yang telah diserap. Setelah tergambar scan scout pada TV monitor, maka dibuat pengamatan- peng-amatan berikutnya sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan MRI yang menggunakan kon-tras media, hanya pada kasus-kasus tertentu saja. Salah satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah Gadolinium DTPA yang disuntikan intra vena dengan dosis 0,0 ml / kg berat badan.
2.10. Artefak dari MRI dan cara mengatasinya.
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang
menurut jenisnya dapat terdiri dari : kesalahan geometrik, kesalahan algoritma,
kesalahan pengukuran attenuasi.
Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per- nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b. Artefak yang terjadi karena perubahan kimia danpengaruh magnet.
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
f. Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frequens.
Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per- nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b. Artefak yang terjadi karena perubahan kimia danpengaruh magnet.
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
f. Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frequens.
Akibat adanya artefak – artefak tersebut pada gambaran akan
tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran,
gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran bergaris
garis miring, gambaran tidak beraturan.
Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRIdapat dilakukan dengan cara waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio fre-quensi, menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan pasien.
2.11. Tindakan yang perlu di lakukan bila terjadi kecelakaanUpaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRIdapat dilakukan dengan cara waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio fre-quensi, menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan pasien.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan kecelakaan selama pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada
pasien, segera menghentikan pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT, pasien
segera dikeluarkan dari pesawat MRI dengan menarik meja pemeriksaan dan segera
berikan pertolongan dan apabila tindakan selanjutnya memer-lukan alat medis
yang bersifat ferromagnetik harus dilakukan di luar ruang pemeriksaan.
Seandainya terjadi kebocoran Helium, yang ditandai dengan
bunyi alarm dari sensor oxigen, tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa
pasien ke luar ruang pemeriksaan serta buka pintu ruang pemeriksaan agar
terjadi pertukaran udara, karena pada saat itu ruang pemeriksaan kekurangan
oksigen.
Apabila terjadi pemadaman (Quenching), yaitu hilangnya sifat
medan magnet yang kuat pada gentry (bagian dari pesawat MRI) secara tiba-tiba,
tindakan yang perlu dilakukan buka pintu ruangan lebar- lebar agar terjadi
pertukaran udara dan pasien segera di bawa keluar ruangan pemeriksaan. Hal
perlu dilakukan karena Quenching menyebabkan terjadinya penguapan helium,
sehingga ruang pemeriksaan MRI tercemar gas Helium. Selama pemeriksaan MRI
untuk anak kecil atau bayi, sebaiknya ada keluarganya yang menunggu di dalam
ruang pemeriksaan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KesimpulanPENUTUP
Pemanfatan MRI untuk memeriksa bagian dalam tubuh sangat
efektif karena memiliki kemampuan membuat citra potongan koronal, sagital,
aksial tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat ditegakkan
dengan lebih detail dan akurat. Pesawat MRI menggunakan efek medan magnet dalam
membuat citra potongan tubuh, sehingga tidak menimbulkan efek radiasi pengion
seperti penggunaan pesawat sinar X. Gambaran yang dihasilkan oleh pesawat MRI
tergantung pada ketepatan pemilihan parameternya.
Dalam pengoperasiannya dapat terjadi kecelakaan yang bisa membahayakan
pasien, petugas serta lingkungannya. Mengingat biaya pemeriksaan MRI bagi
seorang pasien cukup mahal dan efek sampingnya, (terutama efek latennya) yang
belum diketahui maka perlu pertimbangan yang matang sebelum pasien dikirim
untuk pemerikaan MRI.
3.2 Saran
Demikian makalah ini saya buat, dan semoga bsa bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. dan semoga kita bisa mengetahui tentang MRI dan cara
pengoperasiannya lebih jelas lagi. Serta tentunya makalah ini memiliki banyak
sekali kekurangan, oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rsmitraplumbon. 2010. MRI.( file:///E:/D/berita-24-mri.html)
Admin. 2009.Magnetic Resonance Imaging (MRI).( file:///E:/D/index.php.htm)
Hari. 2009. Istilah Komputer Magnetic Resonance Imaging (MRI)( file:///E:/D/Istilah%20Komputer%20Magnetic%20Resonance%20Imaging%20%28MRI%29.htm)
Arie.2009.Biomedis Untuk Pemula. (file:///E:/D/sekilas-tentang-magnetic-resonance.html)