اَلنَّخْلُ
أَثْمَرَ السَّنَةَ مَرَّتَيْنِ
مَرَّ
أَحَدُ مُلُوْكِ الْفُرْسِ بِشَيْخٍ فَانٍ يَغْرِسُ نَخْلاً وَقَدْ بَلَغَ مِنْ
عُمْرِهِ الثَّمَانِيْنَ. فَقَالَ لَهُ مُسْتَغْرِبًا: "أَتُؤَمِّلُ أَنْ
تَأْكُلَ مِنْ ثَمَرِ هَذَا النَّخْلِ, وَهُوَ لاَ يَحْمِلُ إِلاَّ بَعْدَ
السِّنِيْنَ؟" فَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ السَّعِيْدُ, غَرَسَ
السَّابِقُوْنَ فَأَكَلْنَا, أَفَلاَ نَغْرِسُ لِيَأْكُلَ اللاَحِقُوْنَ؟"
فَقَالَ الْمَلِكُ: "وَاهًالَكَ!" وَأَعْطَاهُ دِيْنَارًا, فَأَخَذَهُ
وَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ الْكَرِيْمُ مَاأَعْجَلَ ثَمَرَ هَذَا
النَّخْلُ!" فَاسْتَحْسَنَ جَوَابَهُ, وَقَالَ: "زِهْ, وَأَعْطَاهُ
دِيْنَارًا آخَرَ" فَأَخَذَهُ, وَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ
الْعَظِيْمُ وَأَعْجَبَ مِنْ كُلِّ سَيْئٍ أَنَّ النَّخْلَ أَثْمَرَ السَّنَةَ
مَرَّتَيْنِ!" فَازْدَادَ الْمَلِكُ اسْتِغْرَابًا وَأَعْطَاهُ دِيْنَارًا
آخَرَ.
ثُمَّ
جَرَّ الْحَدِيْثُ بَيْنَهُمَا أَذْيَالَهُ, وَجَعَلَ الْمَلِكُ يَسْتَطْلِعُ
مَاعِنْدَهُ مِنَ الأَخْبَارِ فيِ شَأْنِ الْمَزْرُوْعَاتِ, كَأَنَّهُ
يُبَاشِرُهَا مِنْ صِغَرِهِ, وَلَمْ يَزَلْ بِهِ حَتَّى آذَنَتِ الشَّمْسُ,
فَهَبَّ بِالإِنْصِرَافِ وَدَعَا لِلشَّيْخِ بِطُوْلِ الْبَقَاءِ وَعَوْدِ
اللِّقَاءِ.
POHON
KURMA BERBUAH SATU TAHUN DUA KALI
Seorang
raja Persia berjalan melewati seorang kakek tua yang tengah menanam benih pohon
kurma, usia kakek itu sekitar 80-an. Sang raja itu bertanya dengan keheranan
melihat kakek tua yang tengah menanam benih pohon kurma tersebut. “Apakah Anda
bermaksud menuai hasil dari apa yang Anda tanam ini?” Tanya raja Persia
tersebut. “Sedangkan Anda sendiri tahu, pohon kurma itu tidak akan berbuah
kecuali setelah beberapa tahun.” Sang raja menambahkan. Kakek tua itu menjawab,
“Wahai raja yang agung, paduka tentu tahu bahwa orang-orang yang hidup sebelum
kita telah menanam pohon kurma yang kita tuai hasilnya sekarang ini, dengan demikian
kenapa kita tidak menanam benih pohon kurma agar generasi kita yang akan dating
menuai hasilnya?” sang raja berkata, “Ada-ada saja kakek ini.” Lalu sang raja
memberinya hadiah sekantong uang kepada kakek tersebut. Sang kakek menerimanya
dan berkata, “Wahai raja yang mulia, alangkah cepatnya benih pohon kurma yang
hamba tanam ini berbuah!” sang raja kagum akan analogi kakek itu lalu dia
berkata, “Benar juga kek” dan memberinya sekantong uang yang lain. Sang kakek
pun kembali menerimanya dan berkata, “Wahai raja yang agung, yang paling
menakjubkan adalah pohon kurma itu akan berbuah dua kali dalam satu tahun
seperti halnya dua kantong uang yang paduka berikan pada hamba.” Sang raja
semakin kagum akan kakek tua itu dan kembali memberinya sekantong uang yang
lain.
Kemudian
keduanya ngobrol banyak, sang raja menanyakan tentang perihal pertanian, sang
kakek pun menjawab mengenai pertanian seakan-akan kakek tersebut telah bertani
sejak dia masih kecil. Keduanya terus-menerus ngobrol sehingga tanpa terasa
matahari pun mulai terbenam. Maka sang raja pun bersiap-siap untuk pergi dan
sebelumnya dia berdoa agar kakek tersebut berumur panjang dan dia dapat bertemu
kembali dengannya.