Setelah Irak sebagai pusat pemerintahan diduduki sejak tahun
36 H, semua wilayah Islam berada di bawah tekanan Muawiyah, yang berkuasa tiga
puluh tahun setelah wafatnya Nabi saw.
Pada awal kekuasaan Bani Umayyah,
pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun).
KekhalifahanMuawiyah diperoleh melalui kekerasan , diplomasi , dan tipu daya , tidak dengan
pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun
dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid . Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium. Dia tetap menggunakan istilah khalifah, namun, dia memberikan
interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebut “khalifah Allah” dalam
pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Sebelum menjadi seorang khalifah,
dia menjadi gubernur Damaskus dan Suriah Raya selama kurang lebih dua puluh
tahun. Dengan semangat perang, Bani Umayah yang memimpin kaum Quraisy di zaman
jahiliah, menentang Islam sejauh mungkin, dan memeluk Islam hanya ketika mereka
tidak punya jalan lain kecuali itu. Bukan hanya dari yang terlihat melalui
tingkah laku mereka, tetapi juga dengan mengenal Abu Sufyan dan khususnya
Muawiyah, pernyataan Imam Ali memang sesuai dengan fakta bahwa mereka itu
memeluk Islam hanya karena kepentingan-kepentingan tertentu. Zubair juga
berfikir demikian mengenai Abu Sufyan. Yazid bin Abi Sufyan menjadi komandan
pasukan ketika menaklukkan Suriah Raya.
Ekspansi yang terhenti pada masa
khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman
Muawiyah,, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur , Muawiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.
Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium,
Konstaninopel.
Ekspansi ke timur yang dilakukan
Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd Al- Malik. Dia mengirim tentara
menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara ,
Khawariz, Ferghana , dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat
menguasai Balukhistan, Sind , dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi
ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid ibn Abdul Malik.
Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman , kemakmuran , dan ketertiban.
Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat
suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, Benua
Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Al-Jazair dan Maroko dapat ditundukkan,
Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyebrangi selat
yang memisahkan antara Marokko dan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat
yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol
dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi
selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul
setelah itu kota-kota lain seperti seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan
ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhya Kordova.
Pasukan
Islam memperoleh kemenangandengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita
akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar ibn abd Al-Aziz, serangan dilakukan ke
Perancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd Al- Rahman
IbnAbdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeu, Poitiers. Dari sana
ia mencoba menyerang Tours . Namun dalam peperangan yang terjadi di luar kota
Tours, Al-Ghafiqi terbunuh dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping
daerah-daerah tersebut , pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke
tangan Islam pada zaman Bani Umayah ini.
Dengan
keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun Barat, wilayah
kekuasaan Islam masa Bani Umayyah betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu
meliputi Spanyol, Afrika Utara, syiria, Palestina, Jazirah arabia, Irak,
sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Di
samping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayah juga bbanak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat
tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap serrta peralatannya di sepanjang
jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata
uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang
menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis di bidangnya. AbdAl-Malik mengubah mata Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam. Untuk itu dia
mencetak uang tersendiri pada tahun 659M dengan memakai kata-kata dan tulisan
Arab. Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahanadministrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
Keberhasilan
khalifah abd Al-Malik diikuti oleh putranya Al-Walid ibn Abd Al-Malik(705-715)
seoarang yang berkemauan keras dan bekemampuan melaksanakan pembangunan. Dia
membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam
kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun
jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya,
pabrik-pabrik, gedung-gedung pemeritahan, dan masjid-masjid yang megah.
Meskipun
keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa poliyik
dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak menaati isi perjanjiannya
dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan
penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam.
Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan
munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan
terjadiya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika
Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan
janji setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah,
memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara
ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn
Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali ) melakukan konsolidasi
(penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayah dimulai oleh
Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Makkahh ke Kufah atas
permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak.Umat Islam di daerah ini tidak
mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah. Dalam pertempuran
yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein
kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke
Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbela.
Perlawanan
orang-orang Syi’ah tidak padam dengan terbunuhhnya Husein. Gerakan mereka
bahkan menjadi lebih keras, lebih gigih, dan tersebar luas. Banyak
pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah terjadi.
Yang termasyhur diantaranya adalah pemberonntakan Mukhtar
di Kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan
Mawali, yaitu umat Islam bukan Arab,berasal dari Persia, Armenia, dan
lain-lain.
Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi
lainnya, gerakan Abdullah ibn Zubair. Namun, Ibn Zubair juga tidak berhasil
menghentikan gerakan Syi’ah.
Abdullahibn Zubairmembina gerakan oposisinya di Makkah setelah ia menolak sumpah setia
terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai
khalifah setelah Husein terbunuh. Tentara Yazid kemudian mengepung Makkah. Dua
pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan
terhenti karena Yazid wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.
Gerakan Abdullah ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abd.
Malik. Tentara Bani Umayyah dipimpin Al-Hajjaj berangkat menuju Thaif, kemudian
ke Madinah, dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah. Ka’bah diserbu.
Keluarga Zubair dan sahabatnya melarikan diri, sementara ibn Zubair sendiri
dengan gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H /
692 M.
Selain
gerakan di atas, gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan
Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan-gerakan itulah
yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada
pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah Timur (meliputi kota-kota di
sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika bagian Utar,bahkan membuka jalan untuk
menaklukkan Spanyol.
Hubungan pemerintahan dengan golongan oposisi membaik
pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M).
Sepeninggal
Umar ibn Abd Al-Aziz , kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazidibn Abd Al-Malik (720-724 M). Penguasa ini terlalu gila kemewahan dan kurang
memperhatikan kesejahteraan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam
ketentraman dan kedamaian, berubah menjadi kacau . Dengan latar belakang dan
kepentinga etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap
pemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa
pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743 M).
Sepeninggal
Hisyam ibn Abd Al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya
lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi.
Akhirnya, pada tahun 750 M , daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu MuslimAl-Khurasani. Marwan bin Muhammad , khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan
diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.