Saturday, September 29, 2012

Seni Menulis Kreatif dan Jenius

Seni Menulis Kreatif dan Jenius
Oleh: dr. Dito Anurogo

Sejarah menulis kreatif (creative writing) dimulai oleh Aristoteles (384–322 SM) di Athena. Salah satu karyanya, Poetics, merupakan bentuk “latihan kreatif” yang diterima oleh banyak orang dan digunakan selama bertahun-tahun.

Karya-karya Aristoteles lainnya juga sarat akan nilai-nilai moral. Mungkin inilah yang terus diwariskan dan menginspirasi banyak penulis hingga kini. Salah satunya adalah karya Carol Bly, Beyond the Writers’Workshop (2001), yang memuat “Kode Etik” untuk para penulis creative writing. Di era modern, metode creative writing dimulai pada tahun 1940 dengan berdirinya Iowa Writer’s Workshop, meskipun telah ada para perintis sebelum itu, salah satunya: „47 Workshop’ milik George Baker di Harvard, yang eksis dari tahun 1906 hingga 1925.

Saat itu metode pengajaran creative writing umumnya dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: pengajaran dramatik kuno dan latihan retorika (seni memberdayakan bahasa, kata, dan makna) ala Renaissance terutama dalam karangan. Sebenarnya sama seperti halnya berbicara, berpidato, juga seperti bahasa-bahasa dunia, semua bentuk kegiatan menulis itu termasuk kreatif. Terkadang kegiatan menulis dan tulisan itu sendiri dapat bersifat imajinatif (khayalan), eksplanatif (penjelasan), deskriptif (pemaparan), persuasif (bujukan), provokatif (kritikan tajam hingga hasutan), intuitif (berdasarkan ilham, intuisi), inspiratif (pencerahan), namun terkadang dapat merupakan gabungan diantara semua unsur ini, bahkan ada tulisan yang semata bersifat rekreatif (sekadar hobi), atau sekadar menulis tanpa tujuan.

Apapun motif atau tujuannya, keterampilan menulis secara kreatif dapat diajarkan, dipelajari, dilatih, dan dikembangkan. Tidak ada seorang manusia yang dilahirkan dengan bakat atau genetika sebagai penulis besar dunia. Dengan kata lain, penulis itu diciptakan dan bukan dilahirkan.

 
Proses Kreatif
 
Berbicara tentang proses kreatif, maka kita tentunya akan langsung menuju latar belakang suatu karya itu dibuat, mulai dari memperoleh ide hingga terbit, dan syukur bila menjadi best seller. Dalam perjalanan karir seorang penulis, proses inilah sesungguhnya yang menempa dan mendewasakannya. Sebagaimana seorang pelaut, maka hanya samudera yang bergemuruh yang akan menjadikan seorang pelaut itu tangguh. Bukan lautan yang tenang, namun lautan yang dipenuhi karang yang akan menjadikan seorang pelaut sukses gemilang!

H. Fuad Nashori pernah meneliti tentang “Proses Kreatif Penulis Muslim Indonesia: Perspektif Psikologi Islami” dengan metode kualitatif, data diperoleh melalui wawancara mendalam, dengan tipe wawancara baku terbuka yang dilakukan secara terstruktur. Penelitian ini pernah dimuat di Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Psikologika tahun 2004. Dari 10 penulis, yaitu: Prof. Dr. Djamaluddin Ancok, Prof. Dr. Achmad Mubarok, Dr. Abdul Mujib, Achmad Munif, Cahyadi Takariawan, Ssi, Apt., M Fauzil Adhim, S.Psi., Drs. Yusdani, MSi., Helvy Tiana Rosa, Drs. Muhammad, MAg., Iip Wijayanto maka diperoleh 19 kiat sukses, yaitu: membaca buku/majalah, mendapat ide karena ada pertanyaan dari orang lain, berdiskusi dengan teman sejawat, berdiskusi dengan keluarga, bertemu dan berdiskusi dengan orang yang lebih ahli, bertemu dan berdiskusi dengan orang yang berseberangan pendapat, terlibat langsung di dalam aktivitas tertentu, peka terhadap kejadian di depan mata, sengaja datang ke pusat kegiatan manusia sebagai pengamat, melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama keluarga, melakukan aktivitas lain (selingan ringan) di luar
bidang kepenulisan, mencari suasana (tempat) baru, percaya bahwa ide berasal dari Allah SWT, shalat Tahajud atau Hajat, berdoa, berpuasa, berpikir positif, ikhlas dan menjaga diri dari perusak keikhlasan, sopan-santun terhadap orang lain.

 
Genious Writing

Konsep “menulis jenius” (genious writing) ini penulis formulasikan sebagai salah satu kiat kepenulisan dengan gaya bebas, namun sebaiknya tetap memperhatikan selera pasar dan pembaca yang hendak dibidik. Sederhana saja, intinya kita boleh menulis bidang apapun, asalkan saja kita mengetahui teori atau memiliki pengetahuan serta pengalaman di bidang tersebut.

Salah satu penulis besar Indonesia yang terkenal menganut konsep ini adalah Ir. Sukarno. Beliau sukses menulis banyak buku yang didukung berbagai teori dari multidisiplin ilmu, meskipun seorang arsitek. Karya-karyanya antara lain: delapan naskah Tonil (berjudul: Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, dan Dr Setan), Indonesia Menggugat! (188 halaman), Ilmu dan Perjuangan (126 halaman), Membangun Dunia yang Baru (94 halaman), Sarinah: Kewajiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia (329 halaman), Di Bawah Bendera Revolusi (Jilid pertama setebal 631 halaman, jilid kedua setebal 600 halaman). Sengaja penulis cantumkan jumlah halaman agar pembaca dapat membayangkan dan merenungkan, betapa keterbatasan teknologi bukanlah alasan untuk tidak berkarya. Bayangkanlah di masa itu belum ada internet, belum ada komputer, bahkan listrik dan televisi saja masih jarang, namun Bung Karno tetap dapat menulis dan mewariskan karya-karyanya yang “abadi” hingga kini.
Di samping itu, masyarakat belum banyak mengetahui bahwa Bung Karno juga menerima 26 penghargaan Doctor Honoris Causa mulai tanggal 30 Januari 1951 hingga 3 Agustus 1965 di berbagai bidang, mulai dari ilmu hukum, teknik, politik, mesin (engineering), filsafat, sosial politik, ilmu pengetahuan kemasyarakatan, politik dan hubungan Internasional, ilmu Ushuluddin jurusan dakwah, sejarah, falsafah ilmu Tauhid. Pemberi anugerah ini dari dalam dan luar negeri, meliputi: UGM, ITB, UI, Universitas Hasanuddin, IAIN Jakarta, Universitas Pajajaran Bandung, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Far Eastern University Manila Filipina, Columbia University USA, Michigan University USA, McGill University Montreal Kanada, Berlin University Jerman Barat, Lomonosov University Moskow Uni Sovyet, Beograd University Yugoslavia, Karlova University Praha Cekoslowakia, Istanbul University Turki, Warsaw University Polandia, Brazil University Brazilia, Bucharest University Rumania, Budapest University Hungaria, Al-Azhar University Mesir, La-Paz University Bolivia, Royal Khmere University Kamboja, University of the Philippines Filipina, dan Universitas Pyongyang Korea Utara. Sebagai generasi muda, sudah seharusnyalah kita meneladani beliau, terutama di dalam berkarya membangun bangsa dan negeri ini, salah satunya melalui tulisan.

 
Rahasia Jenius

Berdasarkan konsep genious writing di atas, maka berikut ini rahasia untuk menjadi jenius ala Leonardo da Vinci, menurut Michael Gelb (2000): curiosità (rasa ingin tahu akan kehidupan dan belajar tanpa henti), dimostrazione (komitmen untuk riset dan selalu belajar dari kesalahan), sensazione (penajaman pancaindera secara terus menerus untuk menghidupkan pengalaman), sfumato (kesediaan untuk menerima, merangkul, dan memahami ambiguitas, paradox, dan ketidakpastian), artescienza (menyeimbangkan antara ilmu dan seni, logika dan imajinasi, berpikir secara holistic atau menyeluruh), corporalita (tetap menjaga kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga), connessione (mengakui, menghargai, memelajari keterkaitan semua hal dan fenomena semesta).

Konsep ini dapat diterapkan oleh seorang penulis sebelum, saat, dan setelah ia menulis. Tentunya juga diperlukan doa serta dukungan dari sahabat dan lingkungan sekitar. Sebagai latihan setiap hari, buatlah peta pikiran (mind map) dari kehidupanmu berdasarkan perspektif atau tujuh prinsip yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut ini: 1. Apakah Anda selalu menanyakan kebenaran? 2. Bagaimana cara Anda meningkatkan kemampuan untuk belajardari kesalahan dan pengalaman? 3. Bagaimana Anda mengembangkan kebebasan di dalam berpikir? 4. Bagaimana kiat Anda mempertajam intuisi dan kepekaan setiap harinya? 5. Bagaimana cara Anda memperkuat kemampuan di dalam kreativitas, untuk merangkum semua paradoks kehidupan? 6. Bagaimana Anda dapat mengharmoniskan antara seni dan pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari? 7. Bagaimana strategi Anda untuk mengembangkan keseimbangan antara jiwa, raga, dan rasa? 8. Bagaimana cara Anda menyatukan semua cara atau strategi Anda di atas? 9. Bagaimana kesemuanya itu saling bersinergi?

Selain tujuh rahasia dan Sembilan pertanyaan di atas, seorang penulis jenius sebaiknya memiliki sasaran atau target yang SMART (cerdas). Ya benar, SMART adalah akronim dari: Spesific (khusus), Measurable (terukur), Accountability (bertanggung-jawab), Realistic and Relevant (dapat dicapai dan sesuai dengan agama, nilai, dan budaya masyarakat), Timeline (terjadwal).

Penulis hanya menambahkan bahwa untuk menjadi penulis jenius, seharusnyalah kita dapat melihat mutiara tersembunyi yang ada di balik fenomena, hikmah di balik setiap peristiwa, segi putih dari sisi yang hitam. Tentunya keterampilan ini memerlukan kejelian dan kepekaan yang harus selalu diasah dan dipertajam setiap harinya.

 
Diet Penulis

Seni menulis kreatif dan jenius tentunya tak dapat dipisahkan dari diet penulis. Disini disarankan diet “4 sehat 5 sempurna” ala penulis, yaitu: Pertama: buku. Penulis wajib hukumnya membaca, merenungi, dan menelaah buku apapun. Tidak harus buku yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Maksudnya, seorang mahasiswa hukum boleh saja membaca buku politik, dokter boleh saja membaca novel dan puisi.

Kedua: berolahraga, berolahrasa, berolahjiwa, beristirahat. Luangkanlah waktu barang 20 menit setiap harinya untuk berolahraga, sekadar berjalan-jalan, 10 menit setiap harinya untuk mendengarkan musik, membaca buku humor, dan satu hari dalam seminggu untuk melihat pemandangan alam, seperti: laut, gunung, dsb. Membaca kitab suci, beribadah, bermeditasi juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk memperkaya batin kita, sehingga karya kita nantinya juga bisa bernyawa atau memiliki ruh. Hal lainnya agar karya kita dapat “abadi” adalah dengan cara menjadi buta, bisu, dan tuli, terutama dari semua hal yang dilarang oleh agama dan norma budaya. Berhenti menggosip, menggunjing, menghindari pembicaraan yang sia-sia, dan tidak mendengarkan obrolan percuma. Bila lelah atau penat di depan komputer atau laptop, penulis hendaklah beristirahat, jangan memaksakan diri untuk menulis, karena hasilnya nanti tidaklah maksimal, kecuali bila memang sudah dikejar deadline.

Ketiga: bersahabat, berorganisasi, bermasyarakat. Langkah ini juga amat penting dan perlu untuk sharing, mempertajam intuisi dan kepekaan kita. Bila tidak sempat bertemu, maka ucapkanlah salam atau sapaan melalui jejaring dan media sosial seperti: handphone, email, facebook, twitter, BBM, Yahoo Messenger, dsb.
Keempat: berdiet. Diet di sini terutama ditekankan saat kita berfokus menulis atau menyelesaikan karya kita. Saat menulis, sebaiknya kita berhenti sejenak di dalam bermain facebook, twitter, atau menerima sms. Istilah populernya adalah “puasa Facebook”, puasa “Blackberry”. Bahkan, kalau perlu kita harus berjuang untuk tidak mendengarkan berita perkosaan, perampokan dari televisi atau radio, kecuali kita memang sedang menulis novel, reportase, atau laporan tentang kejadian itu. Diet makanan yang bergizi tinggi, kaya nutrisi seperti omega-3, serat, rendah lemak, tinggi kalori dan protein juga memegang peranan penting untuk menjaga stamina tubuh saat kita menulis.

Kelima: beriman dan bertakwa. Point ini merupakan “5 sempurnanya” diet penulis. Disebut terakhir bukannya tidak penting, melainkan justru menjadi pondasi atau dasar seorang penulis. Bukankah Allah merupakan faktor penentu berhasil tidaknya kita di dalam berkarya atau menulis? Idealnya penulis menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utamanya di dalam berkarya.

 
TENTANG PENULIS

Dokter Dito Anurogo, Dito Anurogo, dokter penghobi filateli-numismatik, fotografi, pe(n)cinta alam, pernah aktif di FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang, Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations), konsultan kesehatan di NetSains.net dan detik.com. Mendapatkan sertifikasi CME dari berbagai universitas ternama, seperti: THE JOHNS HOPKINS UNIVERSITY SCHOOL OF MEDICINE, HARVARD Medical School, Oxford University. Pernah berkarya di RS Keluarga Sehat Pati. Pernah mengisi ceramah ilmiah dan diskusi interaktif di Universitas PGRI Palangka Raya Kalimantan Tengah dan Akademi Berbagi Semarang. Ia aktif berorganisasi di ACIKITA, pernah mengharumkan nama Indonesia di forum Internasional AICST 2011 dengan mahakarya “Biomarker Stroke”. Delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAM di Hungaria, delegasi Indonesia riset di University Degli Studi di Turino, Italia. Pernah jadi pembicara di forum Second International Graduate Student Conference on Indonesia 2010 pada 3-4 November 2010 di UGM. Pernah menjadi juara II HOKI Online Literary Awards 2008 (HOLY 2008). Hobinya membaca, menulis, berdiskusi, dan riset telah membawanya sebagai presenter, moderator, dan pembicara di berbagai forum bergengsi nasional dan Internasional. Pernah menjadi Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya International Award 2003, Delegasi SMU Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika tingkat Internasional, Delegasi SMP Negeri 3 Semarang untuk Lomba Penelitian Ilmiah Remaja Tingkat Nasional, Siswa Teladan SD Tingkat Kotamadia Semarang. Telah menulis 10 buku yang dipublikasikan di dalam maupun luar negeri, daintaranya: buku "45 Penyakit Aneh dan Khusus, Cara Jitu Mengatasi Impotensi dan Cara Jitu Mengatasi Impotensi Nyeri Haid" Penerbit ANDI Yogyakarta. Selain itu, tulisannya menghiasi rubrik Kesehatan Suara Merdeka, Kalteng Pos, Majalah Dokter Kita, Majalah Kasih, Psikologi Plus, Cermin Dunia Kedokteran hingga kini. Dokter multitasking dan multitalenta ini tinggal di JL. Cinde Barat No. 4 Semarang 50256 Jawa Tengah, dapat dihubungi via email: ditoanurogo@gmail.com dan Facebook: Dito Anurogo.