Saturday, September 29, 2012

Bani Umayah dan Islam Spanyol





          Setelah Irak sebagai pusat pemerintahan diduduki sejak tahun 36 H, semua wilayah Islam berada di bawah tekanan Muawiyah, yang berkuasa tiga puluh tahun setelah wafatnya Nabi saw. 

            Pada awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).

KekhalifahanMuawiyah diperoleh melalui kekerasan , diplomasi , dan tipu daya , tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid . Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia tetap menggunakan istilah khalifah, namun, dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut.  Dia menyebut “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.

            Sebelum menjadi seorang khalifah, dia menjadi gubernur Damaskus dan Suriah Raya selama kurang lebih dua puluh tahun. Dengan semangat perang, Bani Umayah yang memimpin kaum Quraisy di zaman jahiliah, menentang Islam sejauh mungkin, dan memeluk Islam hanya ketika mereka tidak punya jalan lain kecuali itu. Bukan hanya dari yang terlihat melalui tingkah laku mereka, tetapi juga dengan mengenal Abu Sufyan dan khususnya Muawiyah, pernyataan Imam Ali memang sesuai dengan fakta bahwa mereka itu memeluk Islam hanya karena kepentingan-kepentingan tertentu. Zubair juga berfikir demikian mengenai Abu Sufyan. Yazid bin Abi Sufyan menjadi komandan pasukan ketika menaklukkan Suriah Raya.

            Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur , Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstaninopel.

            Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd Al- Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara , Khawariz, Ferghana , dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind , dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

            Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman , kemakmuran , dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Al-Jazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Marokko dan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhya Kordova.

            Pasukan Islam memperoleh kemenangandengan mudah karena mendapat dukungan dari  rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar ibn abd Al-Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd Al- Rahman IbnAbdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeu, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours . Namun dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut , pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayah ini.

            Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, syiria, Palestina, Jazirah arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

            Di samping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayah juga bbanak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap serrta peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis di bidangnya. AbdAl-Malik mengubah mata Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang  dikuasai Islam. Untuk itu dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahanadministrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. 

            Keberhasilan khalifah abd Al-Malik diikuti oleh putranya Al-Walid ibn Abd Al-Malik(705-715) seoarang yang berkemauan keras dan bekemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemeritahan, dan masjid-masjid yang megah.

            Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa poliyik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak menaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadiya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

            Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan janji setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali ) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Makkahh ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak.Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbela.

            Perlawanan orang-orang Syi’ah tidak padam dengan terbunuhhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras, lebih gigih, dan tersebar luas. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah terjadi.

Yang termasyhur diantaranya adalah pemberonntakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan Mawali, yaitu umat Islam bukan Arab,berasal dari Persia, Armenia, dan lain-lain.

Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, gerakan Abdullah ibn Zubair. Namun, Ibn Zubair juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi’ah.

            Abdullahibn Zubairmembina gerakan oposisinya di Makkah setelah ia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein terbunuh. Tentara Yazid kemudian mengepung Makkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan terhenti karena Yazid wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus. Gerakan Abdullah ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abd. Malik. Tentara Bani Umayyah dipimpin Al-Hajjaj berangkat menuju Thaif, kemudian ke Madinah, dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah. Ka’bah diserbu. Keluarga Zubair dan sahabatnya melarikan diri, sementara ibn Zubair sendiri dengan gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H / 692 M.

            Selain gerakan di atas, gerakan-gerakan anarkis yang dilancarkan kelompok Khawarij dan Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan memberantas gerakan-gerakan itulah yang membuat orientasi pemerintahan dinasti ini dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah Timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika bagian Utar,bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol.

Hubungan pemerintahan dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M).

            Sepeninggal Umar ibn Abd Al-Aziz , kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazidibn Abd Al-Malik (720-724 M). Penguasa ini terlalu gila kemewahan dan kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, berubah menjadi kacau . Dengan latar belakang dan kepentinga etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743 M). 

            Sepeninggal Hisyam ibn Abd Al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M , daulat Umayyah digulingkan Bani  Abbas yang bersekutu dengan Abu MuslimAl-Khurasani. Marwan bin Muhammad , khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.