Tuesday, January 31, 2012

contoh paragraf deduktif induktif naratif

Berikut ini adalah contoh paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf naratif.


Paragraf Deduktif

Paragraf yang meletakkan kalimat topiknya di bagian awal paragraf.
Contoh :

Arang aktif ialah sejenis arang yang diperoleh dari suatu pembakaran yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Arang ini dapat diproleh dari zat-zat tertentu, seperti ampas tebu, tempurung kelapa, dan tongkol jagung. Jenis arang ini banyak digunakan dalam beberapa industri pangan atau nonpangan. Industri yang meggunakan arang aktif adalah industi kimia dan farmasi, seperti pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak murni, dan menguapkan at yang tidak perlu.



Paragraf Induktif

Paragraf yang meletakkan kalimat topiknya di bagian akhir paragraf.
Contoh :


Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jenderal Sudirman. Seminggu kemudian seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah. Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil John. Polisi juga menemukan potret dua orang anak yang tewas di jalan Jenderal Sudirman di dalam kantung celana John. Dengan demikian, John adalah orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya tiga anak itu.




Paragraf Naratif

Paragraf yang semua kalimatnya merupakan gagasan utama / kalimat topik.
Contoh :


Pada tengah hari itu Pak Lurah dating. Bapak bupati datang ke tempat itu. Tiga jam kemudian kita melihat orang-orang berkumpul di arena itu. Tidak pula ketinggalan artis-artis muda belia. Para wartawan pun telah pula memanfaatkan waktu.

Monday, January 23, 2012

puisi perantau


 Sang Perantau



Ku ambil semua yang ada
Ku raih semua yang dekat
Aku datang pada yang jauh
Ingin aku mencari apa inginku

Namun apa dayaku
Keinginan itu terlalu jauh padaku
Tak bisa aku menggapai
Menggapai apa yang aku ingin
Kesabaran dan keikhalasanlah yang dapat kulakukan

Namun ku tak tau itu sampai kapan
Aku berharap keinginan-keinginan itu
Aku raih diakhirnya

puisi sedih dan kecewa


Islamic Boarding School
''tercinta'' 
 

Engkau yang ku kagumi
Engkau yang ku banggakan
Engkau tempat terindah penuh kenangan

Kau yang mengajariku makna kesahajaan
Arti sebuah kehidupan dan indahnya kesederhanaan

Tahukah enkau
Betapa susah kami membujuknya
Betapa sulit kami merayunya
Agar dia mau berjuang bersamamu

Tapi..
Tapi memgapa
Mengapa engkau menolak adikku
Hanya karena sebuah huruf dibelakangmu

Huruf “A” itu
Huruf yang sekarang membayangimu
Itu yang membuat kami bangga
Itu juga yang membuat kecewa

Air mata ini pun menetes
Seperti saat ku beranjak darimu dulu

Semoga mereka yang masih bersamamu paham betapa besar harapan ini.


contoh paragraf induktif contoh

Pengertian Paragraf Induktif

Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia kita menjumpai yang namanya sebuah paragraf Induktif, Induktif adalah “Dari sesuatu yang khusus menuju kesesuatu hal yang umum”. Jadi Paragraf Indukif  adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas. Banyak soal-soal Ujian yang mengenai Paragraf induktif, seperti diminta mencari atau membuatnya.

Paragraf induktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
  4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
  5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
  6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
  7. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
  8. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

Contoh :


Di era zaman globalisasi ini, banyak orang yang memiliki sepeda motor. Itu disebabkan, karena sekarang mereka bisa memiliki sepeda motor dengan cepat dan mudah. Agar tidak datang terlambat, banyak orang yang berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan anak sekolah pun tidak mau kalah. Mereka berangkat ke sekolah memilih mengendarai sepeda motor. Dari pada naik sepeda biasa ataupun angkutan umum. Begitu juga dengan ibu-ibu. Untuk pergi ke pasar saja, mereka menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang sepeda motor dianggap sebagai barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh lainnya lihat di sini.

tips trik menulis cerpen puisi novel skenario

MOTIVASI MENULIS
dan
TIPS-TIPS MENULIS CEPAT
(by : Ari Kinoysan Wulandari)
 
Motivasi adalah sesuatu yang membuat orang rela melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak kenal waktu, menghabiskan banyak energi demi totalitas; bahkan meskipun tidak ada reward ataupun bayarannya.

Menulis adalah menuliskan sesuatu dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan aturan-aturan yang diikutinya.

MOTIVASI MENULIS adalah sesuatu yang membuat orang rela menulis sebaik-baiknya dengan totalitas bahkan bila tidak ada reward ataupun bayarannya.
Motivasi menulis tidak harus sesuatu yang besar. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam menulis. Bisa jadi uang, popularitas, sharing, menyampaikan fakta dan kebenaran, menyajikan pemikiran dan pendapat, memblow-up pemikiran massa, dan lain-lain.

Motivasi menulis harus dirumuskan dengan jelas agar kita tahu, kenapa sebenarnya kita menulis. Motivasi bisa dirumuskan sederhana seperti ini:

“Saya mau menulis cerpen karena saya yakin bisa menulis cerpen yang lebih bagus daripada cerpen yang ada di media remaja.”

Ini adalah motivasi saya menulis cerpen ketika saya masih belia; kalau urusan pede, saya cenderung ndableg, selalu pede. Bahkan ketika saya tidak tahu apa-apa soal menulis. Mungkin ini karena pola didikan orang tua saya yang mengatakan pada anak-anaknya ---bahwa kami selalu bisa melakukan apapun yang kami inginkan kalau mau berusaha. Tak pelak 121 kali cerpen saya ditolak media, lebih dari 2 tahun saya hanya menulis dan menulis dan ditolak dan ditolak. Tapi yang saya pikir hanya saya bisa menulis cerpen lebih bagus daripada cerpen yang ada di media remaja. Hanya itu. Setelah 2.5 tahun, saat cerpen saya pertama kali dimuat media di Kawanku “Makna Sesungguhnya” itu seperti membayar motivasi saya yang seolah sudah berabad-abad melekat di hati. Honornya waktu itu 80ribu saja, tapi itu besar sekali bagi anak SMP seperti saya yang sehari-hari dapat uang saku hanya 500 rupiah.

Lalu, saya vakum menulis. Kenapa? Ya karena motivasi saya hanya untuk memenuhi keinginan bisa menulis lebih bagus. Ketika sudah dimuat itu, saya rasa keinginan sudah tercapai. Saya menulis dengan rumusan cerpen pertama saya, dan sejak itu hampir tidak pernah ditolak. Tapi saya hanya menulis kalau mood, kalau ada ide bagus. Tak ada niatan jadi penulis.  Motivasi saya lebih jadi pengusaha daripada jadi penulis. Sampai saat ayah saya bangkrut dan saya harus survive untuk kuliah; ya menulis lagi dan dari sana saya produktif menulis.

Sekarang.... sebelum anda memutuskan untuk menulis, baik menjadi penulis profesional atau sekedar hobi; pastikan anda memiliki MOTIVASI YANG BENAR. Catat, rumuskan, taruh di depan meja tempat anda menulis. Itu yang bisa dorong anda menulis, seberapapun sulit dan lelahnya mendapatkan “tulisan pertama”. Jangan cepat menyerah, itu hanya pekerjaan orang tolol yang tidak beriman. Tuhan tidak mengharuskan kita sukses. Kita hanya diwajibkan berusaha terus menerus dan memperbaiki diri sebaik-baiknya. Jadi, benarlah berpikir, benarlah bertindak.

TIPS-TIPS MENULIS CEPAT
Saya tahu, tidak semua orang pengangguran seperti saya. Ada banyak yang bekerja di bidang-bidang lain, tapi ingin menulis. Ada juga yang sangat sibuk, hingga selalu tak punya waktu untuk menulis. Ada lagi yang tak cukup merenung untuk menulis. Ada banyak kondisi dan kasus kenapa orang tidak bisa menulis.
Oke, mari kita cari solusinya.

1. Tetapkan dulu apa yang ingin anda tulis.
Pikirkan ini masak-masak sampai  anda meyakini materi yang mau anda tuliskan. Pertama, pastikan anda senang. Kedua, pikirkan materinya sudah lengkap atau anda kuasai. Ketiga, rencanakan berapa lama anda menulis. Keempat, pikirkan apa kendala yang akan terjadi.

2. Setelah tahu apa yang ingin anda tulis, buatlah perencanaan.
Buat sinopsis global/intisari; kerangka penulisan; detail keseluruhan naskah bila memungkinkan (isi, bab, subbab, gambar-gambar, sumber pustaka, acuan referensi, pemikiran tokoh, dll).

3. Buat deadline pribadi.
Tidak ada tulisan yang selesai tanpa tujuan. Anda bebas menentukan berapa lama anda menyelesaikan tulisan. Bisa setahun, bisa dua tahun. Terserah anda. Lalu hitung, kalkulasikan dengan kemampuan anda menulis setiap hari. Kalau anda hanya punya waktu 10 menit, menulislah 10 menit dan cari tahu 10 menit dapat berapa paragraf dan perkirakan naskah halaman anda berapa banyak, lalu bagi dengan hitungan waktu yang anda miliki.

4. Fokus.
Kalau sudah punya rencana dan deadline, pakai kacamata kuda. Tidak usah tolah-toleh. Tidak usah pikir baik buruk. Menulis saja dan terus menulis sesuai format yang sudah ditentukan. Abaikan semua keinginan melenceng sana-sini. Fokus. Kacamata kuda.

5. Setelah selesai, tinggalkan naskah itu seminggu atau sebulan, terserah anda.
Setelah itu tengok lagi, baca dari awal. Cari tahu kekurangannya dan perbaiki.

6. Bila memungkinkan, cari first reader yang jujur.
Usahakan yang bisa membongkar keburukan naskah kita. Tidak harus penulis ahli atau editor ahli, cukup orang lain siapa saja yang bisa membaca dengan objektive.

7. Dengarkan saran perbaikan, pertimbangkan, putuskan mana yang terbaik.
Ingat, naskah itu naskah milik anda dan andalah yang menjadi pemegang keputusan apakah mau merombak seperti apapun.

8. Periksa setiap detail kesalahan
Cari rumusan yang terbaik untuk anda menulis. Lalu sempurnakan.

9. Format sesuai standar penerbit atau media saat anda berniat memperdagangkan naskah anda. Pastikan anda bertemu penerbit atau media yang tepat.

10. Berdoa.
Tidak ada hubungannya dengan semua materi penulisan; tapi berdoa mengingatkan kita bahwa segala usaha tidak ada artinya kalau Tuhan tidak mengizinkan. Jadi, minta yang terbaik sama Tuhan dan biarkan Tuhan memanajemeni naskah anda.

Cukup mudah kan?





Referensi :
Group Facebook "Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!"
By : Mbak Ari Kinoysan Wulandari (seorang penulis)













Friday, January 13, 2012

Variasi dan Jenis Bahasa


Variasi dan Jenis Bahasa
 
2. 1     Variasi Bahasa
            Variasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu perbedaan atau keberanekaragaman. Namun secara lebih rinci di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, variasi yaitu tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula, selingan; bentuk yang lain, yang berbeda bentuk (rupa); hiasan tambahan; bio perubahan rupa(bentuk) yang turun temurun pada binatang yang disebabkan oleh perubahan lingkungan; wujud pelbagai manifestasi, baik yang bersyarat maupun tidak bersyarat dari suatu satuan, konsep yang mencakupi variabel dan varian. (KBBI, 2007: 1259). Variasi tidak hanya terjadi pada suatu barang atau produk, tetapi variasi juga terjadi pada bahasa. Terjadinya variasi bahasa tidak hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat berragam. Dalam hal variasi terjadi dua pandangan yaitu:
a.         Variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa itu.
b.        Variasi sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Variasi bahasa dibedakan berdasarkan:

2. 1. 1 Variasi dari Segi Penutur
            Variasi bahasa pertama berdasarkan penuturnya adalah variasi yang disebut idiolek yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep ini, orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya maing-masing. Variasi idiolek yang paling dominan adalah warna sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah atau area tertentu sehingga disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Bidang studi linguistik yang mempelajari dialek-dialek ini adalah dialektologi yang di dalamnya berusaha membuat peta batas-batas dialek dari bahasa yakni dengan cara membandingkan bentuk dan makna kosakata yang digunakan dalam dialek itu.
Variasi bahasa ketiga berdasarkan penutur yaitu kronolek atau dialek temporal yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status dan kelas sosial para penuturnya.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status dan kelas sosial para penuturnya maka muncul beberapa istilah yaitu;
a.         Akrolek yaitu variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi daripada variasi sosial lainnya.
b.        Basilek yaitu variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dianggap rendah.
c.         Vulgar yaitu variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar.
d.        Slang yaitu variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu.
e.         Kolokial yaitu variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
f.         Jargon yaitu variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu.
g.        Argot yaitu variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia.
h.        Ken yaitu variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek dan penuh dengan kepura-puraan.


2. 1. 2 Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register dan digunakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya atau tingkat keformalan serta sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan fungsi lazim disebut register dan biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, dimana dan kapan, maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa.

2. 1. 3 Variasi dari Segi Keformalan
Berdasarkan keformalannya, Martin Joos membagi variasi bahasa menjadi:
a.         Frozen yaitu gaya atau ragam baku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh diubah.
b.        Formal yaitu gaya atau ragam resmi dan biasanya digunakan dalam situasi resmi. Pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap sebagai suatu standar.
c.         Konsultatif yaitu gaya atau ragam usaha dan biasa digunakan dalam pembicaraan di sekolah dan rapat-rapat atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
d.        Casual yaitu gaya atau ragam santai dan digunakan dalam situasi tidak resmi.
e.         Intimate yaitu gaya atau ragam akrab dan biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sangat akrab.

2. 1. 4 Variasi dari Segi Sarana
            Variasi dari segi sarana dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tulis atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan sarana tertentu misalnya dalam bertelefon atau bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam bahasa lisan dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berrupa nada suara, gerak-gerik tangan atau sejumlah gejala fisik lainnya. Lalu, sebagai gantinya harus dieksplisitkan secara verbal.

2.2 Jenis Bahasa
            Penjenisan bahasa secara sosiolinguistik yaitu menjeniskan bahasa berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa yaitu faktor sosiologis, politis dan kultural yang tentunya tidak sama dengan penjenisan secara geneologis maupun tipologis yang menjeniskan bahasa berkenaan dengan ciri-ciri internal bahasa itu.

2. 2. 1 Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis
            Penjenisan berdasarkan faktor sosiologis artinya penjenisan ini tidak terbatas pada struktur internal bahasa tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya dengan sistem linguistik lain dan pewarisan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
            Stewart menggunakan empat dasar untuk menjeniskan bahasa-bahasa secara sosiologis yaitu:
a.         Standardisasi atau pembakuan adalah adanya kondifikasi dan penerimaan terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau norma yang menentukan pemakaian bahasa yang benar. Jadi, standardisasi ini mempersoalkan apakah sebuah bahasa memiliki kaidah-kaidah atau norma-norma yang sudah dikondifikasikan atau tidak yang diterima oleh masyarakat tutur dan merupakan dasar dalam pengajaran bahasa baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua.
b.        Otonomi atau keotonomian yaitu bila sistem linguistik memiliki kemandirian sistem yang tidak berkaitan dengan bahasa lain. Jadi, kalau dua sistem linguistik atau lebih tidak mempunyai hubungan kesejarahan, maka berarti keduanya memiliki keotonomian masing-masing.
c.         Historis atau kesejarahan yaitu bila diketahui atau dipercaya sebagai hasil perkembangan yang normal pada masa yang lalu serta berkaitan dengan tradisi dan etnik tertentu. Jadi, faktor historis mempersoalkan apakah sistem linguistik itu tumbuh melalui pemakaian oleh kelompok etnik atau sosial tertentu atau tidak.
d.        Vitalitas atau keterpakaian yaitu pemakaian sistem linguistik oleh suatu masyarakat penutur asli yang tidak terisolasi. Jadi, unsur vitalitas ini mempersoalkan apakah sistem linguistik tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak.
Berdasarkan ada (+) dan tidak ada (-) unsur-unsur tersebut (standardisasi, otonomi, historis dan vitalitas) Stewrat membedakan adanya tujuh jenis bahasa, seperti tampak pada tabel berikut:

Dasar Penjenisan
Jenis Bahasa
Contoh
Standardisasi
Otonomi
Hostorisits
Vitallitas
+
+
+
+
Standar
Inggris
+
+
+
-
Kalsik
Latin
+
+
-
-
Artifisial
Vo-lapuk
-
+
+
+
Vernakuler
Beberpa bahasa daerah di Indonesia
-
-
+
+
Dialek
Beberapa dialek  bahasa Jawa
-
-
-
+
Kreol
*
-
-
-
-
Pijin
*

Keterangan:
Bahasa artifisial adalah bahasa buatan, seperti bahasa Vo-lapuk dan bahasa Esperanto. Bahasa atrifisial dapat pula diartikan bahasa yang yang dibuat, disusun dengan maksud untuk menjadikan bahasa pengantar (lingua franca) internasional. Jadi bukan bahsa alamiah. Bahasa jenis ini mempunyai ciri standardisasi dan otonomi tetapi tidak memiliki ciri historis dan vitalitas.
            Jenis bahasa vernakular menurut Pei dan Gaynor adalah bahasa umum yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang bisa dibedakan dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan dalam kesusastraan yang ditandai dengan memiliki ciri otonomi, historis dan vitalitas tetapi tidak mempunyai standardisasi.
            Jenis bahasa yang disebut dialek memiliki ciri vitalitas dan historisitas tetapi tidak memiliki ciri standardisasi dan otonomi sebab keotonomian bahasa itu berada di bawah langue bahasa induknya.
Bahasa yang berjenis kreol hanya memiliki vasilitas, tidak memiliki ciri standardisasi, otonomi dan historis. Pada mulanya sebuah kreol berasal dari bahasa pijin yang dalam perkembangannya digunakan pada generasi berikutnya, sebagai satu-satunya alat komunikasi vebal yang mereka kuasai.
            Bahasa berjenis pijin tidak memiliki keempat dasar penjenisan. Bahasa jenis ini terbentuk secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah penutur yang masing-masing memiliki bahasa ibu. Sebuah pijin biasanya terjadi di kota-kota pelabuhan tempat bertemunya pedagang dan pelaut dari berbagai bangsa dan atau suku bangsa yang berlainan dengan bahasa ibunya. Pijin terbentuk sebagai bahasa campuran dari bahasa pelaut dan pedagang itu, serta hanya digunakan sebagai alat komunikasi di antara mereka yang berbahasa ibu berbeda itu.

2. 2. 2 Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik
            Berdasarkan sikap politik atau sosial politik, bahasa dibedakan menjadi:
a.         Bahasa nasional atau bahasa kebangsaan adalah kalau sistem linguistik itu diangkat oleh suatu bangsa (dalam arti kenegaraan) sebagai salah satu identitas kenasionalan bangsa itu.
b.        Bahasa negara adalah sebuah sistem linguistik yang secara resmi dalam undang-undang dasar sebuah negara ditetapkan sebagai alat komunikasi resmi kenegaraan. Artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi kenegaraan dan kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan dengan menggunakan bahasa itu. Pemilihan dan penetapan sebuah sistem linguistik menjadi bahasa negara biasanya dikaitkan dengan keterpakaian bahasa itu yang sudah merata di seluruh wilayah negara itu.
c.         Bahasa resmi adalah sebuah sistem linguistik yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat dan sebagainya.
d.        Bahasa persatuan pengangkatannya dilakukan oleh suatu bangsa dalam rangka perjuangan, di mana bangsa yang berjuang itu merupakan masyarakat yang multilingual. Kebutuhan akan adanya sebuah bahasa persatuan adalah untuk mengikat dan mempererat rasa persatuan sebagai satu kesatuan bangsa.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi dan bahasa persatuan di Indonesia mengacu pada satu sistem linguistik yang sama yaitu bahasa Indonesia.

2. 2. 3 Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan
            Berdasarkan tahap pemerolehannya, bahasa dapat dibedakan menjadi:
a.         Bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya dan terjadi di lingkungan keluarga.
b.        Bahasa kedua (disingkat B2) yaitu bahasa lain yang dipelajari setelah memperoleh bahasa pertama.
c.         Bahasa ketiga (disingkat B3) yaitu bahasa lain yang dipelajari setelah memperoleh bahsa kedua.
d.        Bahasa asing akan selalu merupakan bahasa kedua bagi seorang anak. Di samping itu bahasa asing ini juga bersifat politis yaitu bahasa yang digunakan oleh bangsa lain.

2. 2. 4 Lingua Franca
            Lingua franca adalah sebuah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda. Pemilihan satu sistem linguistik menjadi sebuah lingua franca adalah berdasarkan adanya kesalingpahaman di antara sesama mereka. Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau kesalingpengertian dari para partisipan yang digunakannya, maka bahasa apapun, baik sebuah langue, pijin maupun kreol dapat menjadi sebuah lingua franca.
  


DAFTAR PUSTAKA

              . 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2004. Linguistik Perkenlaan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.